Permasalahan yang paling utama pada lahan kering adalah keterbatasan air,
sehingga perlu ditunjang dengan model infrastruktur jaringan irigasi dalam
pemilihan teknologi tepat guna. Penerapan sistem irigasi mikro untuk tanaman
bernilai ekonomis tinggi dapat menjadi alternatif dalam peningkatan efisiensi
penggunaan air irigasi, hal ini dikarenakan dalam penerapan irigasi mikro, saluran
irigasi menggunakan jaringan perpipaan dalam pemberian air irigasinya, sehingga
nilai efisiensi dari saluran tersebut sangat tinggi, sehingga dapat mengoptimalisasi
pemanfaatan Jaringan Irigasi Air Tanah (JIAT).
Kegiatan ini bertujuan untuk mendapatkan kriteria dan desain jaringan irigasi
mikro dan mengembangkan teknologi yang dapat menekan biaya operasi dan
pemeliharaan. Sasaran kegiatan ini pada TA. 2012 adalah model fisik jaringan
irigasi mikro berbasis multikomoditas, yang berlokasi di Sumedang dan
Indramayu. Metode dalam penelitian ini adalah pengujian di lapangan, dengan
memanfaatkan model fisik irigasi mikro yang diterapkan.
Melalui kegiatan ini selain dilakukan penelitian irigasi mikro berbasis multi
komoditas juga dilakukan kajian sumber energi alternatif pompa, serta
pendampingan teknis pengembangan irigasi mikro bekerjasama dengan Direktorat
Irigasi dan Rawa.
Hasil penelitian didapatkan nilai keseragaman rata-rata untuk irigasi mikro di
Sumedang, dengan emitter drip pipe sebesar 91,04%, dan untuk emitter micro
sprayer sebesar 80,79%. Untuk penerapan irigasi mikro di Indramayu nilai
keseragaman jaringan sebesar 91,3%. Dengan nilai keseragaman tersebut, maka
emitter drip pipe di kedua lokasi masuk dalam kategori baikk, karena lebih dari
80%, sedangkan untuk micro sprayer juga masuk dalam kategori baik, karena
keseragaman minimal yang harus dicapai sebesar 75%.
Penggunaan emitter tipe micro sprayer atau emitter curah lainnya cocok untuk
diterapkan pada tanaman hamparan, dengan jarak tanam kurang dari
60cmx60cm, untuk tanaman dengan jarak tanam lebih dari itu sebaiknya
menggunakan emitter tipe drip pipe.
Dalam perencanaan layout jaringan irigasi mikro, Sub unit jaringan irigasi mikro
dengan luas antara 294 m2 sampai dengan 2055 m2 menunjukan tingkat kinerja
yang baik, kemudian Lahan yang mempunyai perbandingan panjang dan lebar
lahan besar, atau lahan persegi panjang, sebaiknya arah guludan searah panjang
lahan, serta perencanaan menggunakan nomogram dan perhitungan manual
memberikan hasil yang sama, yang perlu diperhatikan hanya mengenai faktor
ekonomis jaringan.
Pengkajian sumber energi alternatif pompa menunjukan bahwa penerapan panel
surya sebagai sumber energi pompa LAYAK diterapkan baik secara teknis,
maupun secara ekonomi. Untuk rekomendasi penerapan irigasi tetes baru
diberikan terhadap 4 (empat) BBWS/BWS yaitu BBWS Bengawan Solo, BWS
Nusa Tenggara II, BWS Sulawesi I, dan BWS Sulawesi IV, sedangkan untuk
BBWS Citarum serta BWS Bali Penida belum dapat diberikan rekomendasi
dikarenakan keterbatasan data yang ada.
Kata Kunci : Irigasi Mikro, Keseragaman, Multikomoditas
|