Indonesia sebagai negara agraris memiliki kesuburan tanah yang sangat baik
untuk pertanian. Lahan-lahan subur yang terbentang di wilayah Indonesia
sebenarnya menjanjikan kondisi kehidupan yang layak dalam hal penyediaan
pangan. Namun yang menjadi permasalahan saat ini adalah ketergantungan
negara kita terhadap komoditi pangan dari negara lain masih besar. Untuk itu,
pemerintah saat ini sedang menggalakkan program swasembada pangan dengan
harapan kedepannya Indonesia sudah mandiri dalam mencukupi kebutuhan
pangan di negara sendiri (Pasandaran, 2007).
Dukungan terhadap program swasembada pangan nasional, yang dilakukan oleh
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) tersebut salah
satunya dengan melakukan upaya pelaksanaan operasi dan pemeliharaan irigasi
secara efektif dan efisien.
Pelaksanaan operasi irigasi diharapkan dapat memenuhi tuntutan modernisasi
irigasi dimana sangat diperlukan operasi irigasi terutama membuka dan menutup
pintu air dengan interval pengaturan yang makin pendek, dengan demikian
diperlukan inovasi terhadap sistem pembuka pintu yang memudahkan petugas
dalam operasi pintu irigasi.
Membuka dan menutup pintu bangunan irigasi merupakan salah satu kegiatan
utama operasi jaringan irigasi. Pekerjaan membuka dan menutup pintu saat ini
masih membutuhkan waktu yang lama dan dengan kondisi pintu yang berat.
Sebagian besar bangunan pengatur di jaringan irigasi khususnya pintu air
menggunakan tenaga manusia. Penggunaan peralatan elektromekanis hanya
ditempatkan pada pintu-pintu bangunan pengambilan utama. Keterbatasan
ketersediaan layanan listrik juga kerap kali tidak dapat menjangkau lokasi pintu
air.
Tantangan lain adalah jumlah petugas pintu dalam melayani operasi juga sangat
terbatas dibandingkan jumlah pintu air yang harus dioperasikan. Sesuai dengan
Permen PUPR Nomor 12/PRT/M/2015, secara ideal, Petugas Pintu Air (PPA)
diperlukan 1 orang per 3 – 5 bangunan sadap dan bangunan bagi pada saluran
berjarak antara 2 – 3 km atau daerah layanan 150 sampai dengan 500 ha. Saat ini
kondisi tersebut tidak dapat terpenuhi. Jumlah petugas semakin berkurang
sehingga semakin tidak proporsional dengan wilayah kewenangan jaringan irigasi.
Hal ini diduga dialami hampir di semua wilayah di Indonesia. Di sisi lain, tuntutan
pelayanan operasi pemberian air dalam sistem jaringan irigasi mengharuskan
kemudahan operasi pintu air tersebut. Permintaan operasi pintu air yang cukup
sering atau pada kondisi khusus misalnya pada kondisi banjir memerlukan waktu
eksekusi yang lebih cepat agar meminimalisir dampak keterlambatan operasi pintu
tersebut.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, petugas pintu air perlu mendapatkan
sarana yang mampu meringankan tugas operasi buka tutup pintu air. Guna
memudahkan operasi pintu air maka dilakukan pengembangan peralatan
elektromekanis yang portabel yang dapat dengan cepat dan mudah dibawa oleh
petugas secara berpindah, dan dapat digunakan untuk semua tipe mekanis pintu
air yang sama tipenya, lebih hemat dan tepat guna untuk mendukung Teknologi
Infrastruktur Irigasi.
Balai Litbang Irigasi telah melakukan rekayasa sistem pembuka pintu air portabel
skala laboratorium pada tahun 2017 yang diharapkan dapat dijadikan salah satu
alternatif teknologi dalam pengoperasian pintu air. Kegiatan ini masuk kedalam
teknologi terapan tahun anggaran 2018 dengan sasaran keluaran output berupa
teknologi alat bantu Portabel pembuka pintu air didukung dengan komponen
output berupa panduan teknis dan manual operasi alat bantu Portabel pembuka
pintu air.
Laporan Akhir Pintu Air Portabel 2010
|