Balai Teknik Irigasi

BR-02871591331898

Bangunan Ukur Modular

Kondisi infrastruktur irigasi di Indonesia masih banyak yang mengalami kerusakan dalam berbagai tingkatan. Jumlah penduduk dan kebutuhan akan pangan yang semakin meningkat,menyebabkan kebutuhan air irigasi tidak saja dituntut meningkat dari sisikuantitas, namun dari mutu pelayanan  kepada  masyarakat  petani  juga  dituntut  meningkat  sesuai  dengan perubahan masa kini.

Permasalahan debit di dalam jaringan irigasi teknis, khususnya di saluran tersier, menjadi pokok  permasalahan  dalam  pembagian  air yang  masuk  ke  petak  sawah.    Air  irigasi merupakan salah satu inputbudidaya pertanian yang sangat mempengaruhi produktivitas lahan.  Dalam rangka peningkatan pelayanan infrastruktur irigasi untuk menjamin kuantitas air yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan,maka diperlukan bangunan ukur yang andal di jaringan irigasi.Saat  ini,  bangunan  ukur  debit  yang  umum  digunakan  banyak  yang  tidak  sesuai  dengan standar,  antara  lain  ketidaktepatan  dimensi,  bentuk,  penempatan,  ataupun peilschallalat ukur.

Bangunan ukur yang banyak terpasang di lapangan adalah ambang lebar, romijn, long throat flume, dan cipoletti,  yang semuanya memiliki ambang yang sering dirusak oleh petani karena  dianggap  menghambat  aliran  terutama  pada  saat  debit  dan  muka  air  pada  aliran rendah.Seiring dengan perkembangan teknologi, Balai Litbang Irigasi telah menciptakan teknologi bangunan ukur debit modular, yaitu bangunan ukur Cut Throat Flume(CTF), yang mengikuti kaidah standar hidraulis tertentu sesuai dimensi dan debit saluran, serta memberikan mutu akurasi pembacaan yang jauh lebih baik.

Tujuan penerapan teknologi CTF modular ini untuk dibangun di saluran irigasi,dalam rangka mendukung program modernisasi irigasi menujupengelolaan irigasi yang lebih efektif dan efisien. Keunggulan teknologi CTF modular ini antara lain mudah, cepat, dan murah dalam perakitan dan pemasangan, serta operasi dan pemeliharaannya tidak sulit, hasilpengukurannya jauh lebih  akurat,  serta  peralatan  ukurnya  dapat  dikunci  supaya  tidak  terganggu  vandalisme. Selain  itu  teknologi  ini  dapat  diproduksi  massal  secara  industri menggunakan  bahan material lokal untuk dikembangkan di daerah irigasi seluruh Indonesia, dan mungkin juga untuk komoditas ekspor ke luar negeri.

Dari sisi inovasi dan kreativitas, para peneliti dan perekayasa juga berpotensi mendapatkan hak atas kekayaan intelektual dan paten

Share this post

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top