Balai Teknik Irigasi

DCIM100MEDIADJI_0488.JPG

Penerapan Irigasi Rawa Terintegrasi

Alih fungsi lahan pertanian merupakan ancaman bagi ketahanan pangan nasional. Ironisnya fenomena ini banyak terjadi pada lahan dengan produktivitas tinggi seperti di Jawa dan Sumatera. Menanggapi isu ini, Pemerintah menetapkan misi peningkatan ketahanan pangan yang diimplementasikan ke dalam upaya ekstensifikasi pertanian dengan cara pembukaan lahan baru. Uapaya ini diprioritaskan pada wilayah 3T, yaitu terdepan, terluar, dan tertinggal, yang mana salah satunya adalah Asmat, sebuah Kabupaten di Papua yang didominasi oleh bentang lahan rawa.

Lahan rawa memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai lahan pertanian. Luas lahan rawa mencapai 33 juta ha dan tersebar dominan di tiga pulau utama, yaitu Sumatera, Kalimantan dan Papua. Pengembangan lahan rawa untuk pertanian sangat relevan dengan masalah berkurangnya lahan pertanian di Pulau Jawa dan Sumatera. Selain itu pengembangan lahan rawa juga sesuai dengan cita-cita pemerintah mewujudkan kedaulatan pangan melalui peningkatan ketahanan pangan dan air dengan prioritas membangun dari pinggiran (perbatasan), pulau terluar, dan daerah tertinggal. Kabupaten Asmat yang terletak di Papua memiliki lahan rawa dan iklim yang potensial untuk dikembangkan sebagai lahan pertanian, terutama di bagian selatan seperti di Kampung Sagare. Sebagai daerah yang baru berkembang, pembangunan di Asmat.

TEKNOLOGI IRIGASI RAWA TERINTEGRASI

Konsep teknologi ini adalah sistem tata air dan prasarana irigasi yang terintegrasi dengan permukiman petani. Jaringan jalan permukiman terhubung langsung dengan jalan usaha tani yang merupakan tanggul long storage. Long storage adalah bangunan retensu air yang menampung air hujan dan berfungsi untuk suplai irigasi. Long storage ini memanfaatkan prinsip gravitasi dengan menaikkan air di dalam tampungan sehingga dapat dialirkan ke lahan dengan operasi pintu air. Long storage ini berbeda dengan long storage konvensional yang mengandalkan pengaliran air ke lahan dengan pompa sehingga membutuhkan biaya operasional yang tinggi akibat mahalnya biaya bahan bakar.

Share this post

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top